Kamis, 14 Oktober 2010

PERINGATAN HARI PENGURANGAN RISIKO BENCANA INTERNASIONAL BERALASKAN PASIR PANTAI DAN ATAP DAUN WARU

Untuk pertamakali kabupaten Ende memperingati hari PENGURANGAN RISIKO BENCANA INTERNASIONA tanggal 13 Oktober 2010. Kalau memperingati biasanya selalu identik dengan kemeriahan, namun acara ini dikemas sederhana sekali karena diadakan di tengah kampung Pu'unaka yang lima hari sebelumnya diterpa bencana abrasi. Sesekali terdengar logat Ende yang kental dari kerumunan warga, "mbana emba bele" ketika saya bersama seorang kawan datang ke tempat acara.
Tepat pukul 16.00 wib, acara dimulai dengan pengantar dari MC, kemudian dilanjuti dengan sambutan dari camat Ende Selatan serta dibuka dengan resmi oleh kepala BPBD kabupaten Ende. Lumayan cukup pejabat kabupaten yang hadir saat itu, kecuali anggota legislatif yang tidak datang, menurut informasi yang diperoleh ,berhalangan hadir ada tugas luar kota. Pasti dimaklumi karena banyak "acara

Menarik memang, acara yang dikemas sangat sederhana hanya dibekali snack sebagai pengganjal isi perut peserta termasuk pejabat daerah. Diawali dengan paparan dari pemateri yakni dari Kepala BPBD serta Direktur FIRD, spontan acara berlangsung sangat serius tatkala ada pernyataan dari kepala BPBD mengatakan bahwa " areal ini tidak nyaman dihuni oleh warga karena sangat bahaya untuk keselamatan masyarakat dari abrasi pantai setiap tahun", miu pemerintah sodho molo-molo, celetuk seorang warga yang tidak mau menyebutkan namanya. 

Setelah selesai memaparkan materi dari dua pamateri acara dilanjutkan dengan tanya jawab dengan warga setempat. Banyak tanggapan yang dilontarkan oleh warga bernada kristis terutama kebijakan pemerintah yang ingin merelokasi warga namun tidak ditanggung berapa besaran anggran untuk kebutuhan akan tanah serta membangun rumah baru. "Untuk membeli tanah dan rumah baru terpaksa kami harus suruh anak kami yang perempuan kerja di Arab Saudi sehingga bisa dapat uang, papar seorang warga di tengah suasana diskusi.

Menjelang sore hari MC menyimpulkan hasil dari diskusi, dan kemudian meminta camat Ende Selatan untuk menutup rangkaian kegiatan secara resmi yang diriingi tepuk tangan warga serta tidak lupa jabatan tangan satu sama lain baik warga maupun pejabat pemerintah yang hadir dengan suasana damai dan bahagia.
ah pasir pantai dan daun waru bisa aj bikin kuping jadi panas....


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar