Senin, 17 Januari 2011

DERAP LANGKAH UNTUK CERDASKAN ANAK DESA

Letih, putus asa serta rasa marah selalu menghinggapi hati kecil seorang bapak yang berdiam di desa Wolosambi kecamatan Lio Timur.
Awalnya, setelah dirinya terpilih sebagai Community Organizer (CO) desa Wolosambi rasa senang serta bangga tersirat jelas melalui senyum khasnya yang dihiasi kumis tipis. Karena baginya tugas sebagai CO sangat baik terutama menambah pengetahuan serta pengalaman bagi dirinya nanti.
Setelah mengikuti pelatiahn di Ende yang difasilitasi oleh FIRD, laki-laki bertubuh tegap ini mulai merasakan manfaat karena setalah pulang dari pelatihan dirinya harus mendata anak-anak cacat di desa Wolosambi. Dari rumah ke rumah, kampung ke kampung  merupakan kegiatan awal setelah pulang pelatihan.
Ada satu cita-cita yang terpendam dalam dirinya ketika menjalankan aktifitas sehari-hari, yakni mendirikan Lembaga Pendidikan Ankan Usia Dini (PAUD) bagi anak-anak di desa Woloambi desa trecinta. Setelah berdiskusi yang cukup lama dengan pengurus FIRD, akhirnya tercapailah cita-cita untuk mendirikan PAUD. Berasama tokoh masyarakat, Kepala Desa serta warga, dibentuklah PAUD di desa Wolosambi.  Tepatnya tanggal 5 Januari 2009.
Memang benar peribahasa yang mengatakan, kalau membuat itu gampang tapi merawat susah. Usia 2 tahun bagai bayi yang baru belajar berjalan. Langkah selanjutnya yang harus dipikirkan laki-laki yang gemar dengan humor yakni insentif bagi para pendamping. Memang benar, karena dengan jumlah murid sebanyak 28 orang yang didampingi 1 orang pendamping ternyata sangat sulit. Sulitnya yakni bagaimana harus menyakinkan orang tua untuk membayar iuran wajib/bulan serta berdisukusi dengan kepala desa tentang insentif bagi pendamping. Karena  ilmu yang diberikan tidak sebanding dengan hak yang diperoleh para pendamping.
Beruntung memang, setiap ide atau gagasan serta kemapuan menyakinkan setipa orang ternyata membuahkan hasil. Sang pendamping, sebut saja Ibu Maria Goreti tidak menuntut insentif yang diberikan tapi terpenting menurut Ibu, orang tua harus mengantar anaknya setipa hari untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Tidak sia-sia upaya sang icon desa Wolosambi ini. Setelah kurang lebih berjalan dua tahun, hasilnya telah diperoleh. Pertama, anak-anak sudah bisa bernyanyi, membaca, berdoa, baca puisi. Kedua, dukungan pun mulai mengalir dari tinkat kabupaten, kecamatan sampai kepala desa. Ketiga, orang tua telah memandang bahwa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini sejak dini sebelum masuk sekolah dasar. Keempat, saat ini sudah ada tiga orang pendamping yang mengajar di PAUD Wolosambi .
Ketika ingin melangkah pergi, Jhoni Balu  nama laki-laki itu, buru-buru berhenti saat namanya dipanggil oleh Gong Flores. Mau kemana? Sesaat itu juga Om Jhoni menjawab, ke POSKESDES mau lihat kegiatan belajar dan mengajar PAUD  SEDANG MEKAR………(saverb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar