Kamis, 28 Oktober 2010

CATATAN PELAKSANAAN TOT WILAYAH NTT Ende, 27 September – 3 Oktober 2010



Lokasi Training of Trainer (TOT) di Firdaus Training Center - Fores Institute Resources Development  (FIRD), Kab. Ende berada di bibir pantai nan indah, lengkap dengan lalu-lalangnya nelayan tradisional yang menangkap ikan berada tidak jauh dari bibir pantai. Pemandangan ini juga nampak eksotik, karena di beberapa ratus meter selatan tempat pelatihan terdapat pulau kecil yang bernama Pulau Koa yang di sekelilingnya bertaburan nelayan-nelayan pencari ikan dari terbit fajar hingga mentari tenggelam. Angin laut/darat bertiup dengan spoi-spoi, menambah nyaman para pihak yang ada di sekitar pantai yang merupakan obyek wisata belum tergarap bernama Pantai Mbuu. Panorama ini semakin lengkap tatkala mata memandang ke bagian barat, nampak dermaga yang dilengkapi perahu-perahu nelayan yang bersandar dengan kerlap-kerlip lampu menyinar dikala senja telah tiba. Awan yang bergelantungan di lagit nampak indah terpadu dengan suasana laut bersih nan membiru. Teknologi modern juga turut andil dalam menghiasi angkasa, yakni adanya pesawat berpenumpang sekitar 40 orang take-off/landing di bandara sekitar dermaga. Fantatstis….

Kondisi alam yang indah dan menjadi background hidup yang terbingkai dalam dinding yang alami dalam ruang kelas pelatihan ini memberikan hiasan yang selalu berubah-ubah kiranya memberikan kontribusi luar biasa dalam mempercepat adaptasi antar peserta dan memberikan support tersendiri bagi peserta untuk tetap dalam stamina prima sejak awal pelaksanaan hingga akhir pelaksanaan pelatihan. Hal ini dapat dideskripsikan mulai dari bertemunya para peserta pelatihan TOT dari Kab. Manggarai, Kab. TTU, Kab. Belu, Kab. Flores Timur, Kab.Lembata, Kab. Ende dan Kab. Sikka. Sejak awal bertemu, nuansa keramahan nampak pada masing-masing peserta, baik dari kalangan NGO’s local, birokrat maupun Oxfam. Adaptasi yang dilakukan antara peserta dengan peserta maupun peserta dengan fasilitator dan Oxfam berkisar tentang kekhasan masing-masing wilayah. Kemudian saat dibuka acara pelatihan nuansa kesetaraan antara partisipan dari birokrat dengan NGO’s local. Hal ini nampak dalam mengambil posisi duduk yang tidak mengelompok antar dua elemen (birokrat & NGO’s) tersebut. Sebagai catatan, Oxfam yang diwakili Deny dan Iren, keduanya juga menjadi peserta dalam pelatihan ini dan berpartisipasi dari awal hingga akhir pelatihan.
Pelatihan ini partisipan perempuan hanya ada 2 (dua) orang dari YPPS Flores Timur dan 1 (satu) orang dari Oxfam. Namun begitu kelomppok minoritas di pelatihan ini secara umum tingkat partisipasinya seimbang dengan kelompok laki-laki.

Ketika masuk pada materi, keseriusan partisipan dalam mengikuti pelatihan  sudah mulai nampak ketika mempresentasikan hasil diskusi kelompok untuk Lembar Kerja Pemetaan Masalah ala John Twig, Modul 1. Perdebatan partisipan lebih dominan pada konten dan  bukan pada teknik penggunaan lembar kerja dimaksud. Sebagai pemanasan, masing-masing kelompok mendapatkan input yang cukup memadai. Diskusi ini berkembang, karena masing-masing kelompok memotret masalah-masalah riil yang ada di masing-masing wilayah dan antar partisipan/kelompok relative saling memahami peta persoalan di wilayah lain di NTT.

Diskusi memanas berlanjut pada Materi Sinergitas/Disinergitas Kebijakan Perencanaan Penganggaran dan Penanggulangan Bencana, karena dalam alat bantu belajar yang disajikan IDEA menunjukkan adanya keterpaduan dan berbenturan antar kebijakan. Dalam materi ini sempat terlontar statement beberapa partisipan (birokrat) yang menyatakan perlunya advokasi kebijakan tingkat nasional yang diikuti oleh multistakeholder daerah.
Dalam proses diskusi kelompok, semua kelompok mendiskusikannya dengan tidak lagi memperhatikan waktu. Maksudnya, waktu istirahat untuk mandi mereka abaikan. Bahkan pada saatnya rehat, mereka hanya mengambil minum dan snack untuk dibawa di kelompoknya. Kondisi ini berlangsung hingga pada akhir proses pelatihan ini.

Pada proses berikutnya, pada Modul 2 Memahami APBD partisipan diajak untuk membaca bersama dibacakan fasilitator, kemudian proses ini tidak begitu memakan waktu secara signifikan, karena partisipan memahami tentang proses perencanaan penganggaran dan materi yang tertuang dalam modul ini memang berkisar tentang regulasi yang melingkupinya. Partisipan tidak banyak komentar mengenai proses perencanaan dan penganggarannya. Proses diskusi ini pada sore dan malam hari terkendala dengan matinya listrik PLTD, sehingga baterai laptop masing-masing kelompok drop.

Modul 3 Cost and Benefit Analysis, partisipan dalam menyikapi materi-materi awal hampir semua mengalir. Kemudian sesaat memasuki pengisian table-tabel yang dilakukan secara berkelompok, partisipan dalam satu kelompoknya saling beradu argumentasi, sehingga diskusi kelompok ini cukup memakan waktu yang relatif lama di setiap tabel lembar kerja.

Di Modul 4 Integrasi RAM dalam perencanaan penganggaran juga memakan waktu diskusi yang cukup lama dan perdebatan antar kelompok yang begitu tajam. Ini mengindikasikan, bahwa stamina peserta tetap dalam kondisi prima. Beberapa catatan dan tawaran rekomendasi antar kelompok dalam diskusi pleno, setelah diperdebatkan kemudian langsung diakomodir oleh kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Hal ini juga dilakukan pada diskusi-diskusi dalam materi dan modul sebelumnya.

Partisipan pelatihan TOT di NTT ini sungguh memiliki stamina yang terjaga sampai akhir pelatihan, meskipun support konsumsi di malam hari relatif minim. Dan partisipan ketika ada sesi malam tidak pernah mengeluh melakukan kerja-kerja kelompok.

Yogyakarta, 8 Oktober 2010

ebm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar