Rabu, 02 Maret 2011

BAK PENAMPUNG AIR HUJAN AKAN SELAMATKAN 324 JIWA

Desa Tewaowutung terletak di kecamatan Nagawutung kabupaten Lembata merupakan hasil pemekaran dari desa Penikenek tahun 2006 yang lalu. Masih muda memang bagai balita yang baru bertumbuh.
Sebagai desa baru pasti masih banyak kekurangan dan kelemahan yang musti harus dibenahi agar desa tersebut dapat membangun dirinya lebih cepat sehingga tidak ketinggalan dengan desa lain. Apalagi sampai saat ini hampir semua desa yang baru memekarkan diri masih mencari roh untuk perubahan terutama kesiapan masyarakatnya tidak lain tidak bukan yakni kapasitas masyarakatnya terutama pemimpin/kepala desa.
Salah satu masalah yang cukup vital bagi masyarakat desa Tewaowutung, yakni sarana air bersih yang digunakan konsumsi keluarga masih sangat minim. Apa sebab, 324 warga harus mengmonsumsi air dari satu sumber mata air, itupun dengan debit yang kecil. Sehingga rata-rata masyarakat harus mengkonsumsi air 1-10 liter/KK. Selain itu untuk kebutuhan mandi, mencuci masyarkat harus menggunakan air sumur yang dekat dengan laut, sehingga air masih terasa asin. Maka, menurut hasil analisis yang dihimpun masyarakat beserta aparat desa, tidak heran pada tahun 2004 masyarakat mengalami musibah wabah malaria sedangkan tahun 2009 masyarakat diserang KLB diare, walaupun tidak ada korban jiwa namun masyarakat masih mengalami trauma.
Untuk mengantisipasi kejadian lanjutan atau akan terjadi lagi masalah yang sama, maka masyarakat desa beserta aparat sudah mulai merancang berbagai kegiatan serta upaya apa yang harus dilakukan. Berbagai pertemuan serta diskusi dilakukan oleh pemerintah desa, sehingga pada kesimpulan terakhir yakni “Pembuatan Bak.....
Penampung Air Hujan” sebagai wadah untuk cadangan air bagi masyarakat terutama untuk digunakan mandi, mencuci serta kebutuhan MCK.
Namun bukan berarti masalah selesai, karena setelah dirancang biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan wadah tersebut cukup memakan biaya teruatama pembayaran upah bagi tenaga kerja serta tukang yang akan mengerjakannya. Total anggaran yang dibutukaham sekitar Rp 44.600.000-, sementara kondisi ekonomi masyarakat hanya mengandalkan hasil komoditi serta ladang yang penghasilannya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Rata-rata penghasilan masyarakat hanya Rp 250.000-300.000/bulan belum termasuk untuk kebutuhan anak sekolah serta biaya kesehatan.
Tidak ada rotan akar pun jadi. Kira-kira itulah istilah yang pas atas semangat serta tekad masyarakat desa Tewaowutung. Bagaimana tidak, demi kesejateraan serta kesehatan masyarakat terjamin, masyarakat pada saat nya nanti akan melakukan gotong royong serta usaha swadaya dari seluruh komponen desa termasuk perempuan dan laki-laki yang ada di desa. Sebagai bukti konkrit , masyarakat desa sepakat untuk kebutuhan bahan-bahan lokal seperti pasir,batu, tenaga kerja, tukang ditanggung oleh masyarakat setempat dengan kisaran biaya sekitar Rp 34.600.000 sedangkan untuk kebutuhan bahan material lainnya ditanggung oleh biaya hibah dengan besarannya sekitar Rp 10.000.000-, . Luar biasa semangat juang dari masyarakat desa tersebut, walau dengan kondisi ekonomi yang serba pas-pasan mereka terpaksa harus melakukan itu, karena sadar akan kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.........
salut untuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar